CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN
TYPHOID FEVER
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns
1.
Pengertian.
Typhoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus atau
menyebabkan enteritis akut. Demam typhoid disebabkan karena salmonella typi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Masa tunas demam typhoid berlangsung selama 10 – 14
hari.
2.
Etiologi.
◘
Samonella Paratyphi A.
◘
Samonella Paratyphi B.
◘
Samonella Paratyphi C.
◘
Samonella Typhi.
3.
Patofisiologi.
Masuknya kuman salmonella ke dalam tubuh manusia melalui
mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid
plaque peyeri di ileum terminalis, di tempat ini bisa terjadi komplikasi
pendarahan. Kemudian masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe, setelah
itu masuk ke aliran darah, sedangkan yang lain mencapai hati. Kuman salmonella
bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian retikuloendotelial.
Endotoksin kuman salmonella berperan pada patogenesis demam typhoid, karena
membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman
salmonella berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena kuman
salmonella dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.
4.
Manifestasi Klinik.
◘
Minggu Pertama.
♦
Demam turun-naik.
♦
Sakit Kepala.
♦
Sakit Perut.
♦
Anorexia.
♦
Konstipasi.
♦
Nyeri otot.
♦
Mual dan muntah.
♦
Diare.
♦
Batuk.
♦
Epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang
meningkat.
◘
Minggu Kedua.
Gejala-gejala menjadi jelas seperti:
♦
Demam.
♦
Lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah
dan tremor).
♦
Hepatomegali.
♦
Splenomegali.
♦
Meteroismus.
5.
Pemeriksaan Penunjang.
◘
Pemeriksaan Laboratorium.
1)
Pemeriksaan Leukosit.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis,
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
2)
Pemeriksaan SGOT dan SGPT.
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh dari demam typhoid.
3)
Tes Widal.
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
anti bodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum px demam typhoid, juga pada
orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi
terhadap demam typhoid.
Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum px yang disangka menderita
demam typhoid.
Akibat infeksi oleh kuman salmonella, px membuat anti bodi
(aglutinin), yaitu:
a)
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
b)
Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).
c)
Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H
yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar
kemungkinan px menderita demam typhoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji
widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling
sedikit 5 hari.
4)
Biakan Darah.
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan
darah negatif tidak menyingkirkan demam typhoid, karena pada pemeriksaan minggu
pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh
biakan akan positif lagi.
6.
Penatalaksanaan Medis.
◘
Infus RL dan Dextrose . (sebagai elektrolit dan
glukosa).
◘
Kloramfenikol 4 x 500 mg / hari (sebagai anti biotik /
mikroba).
◘
Novalgin k/p. metampiron 500 mg/ml (sebagai analgetik
dan anti piretik).
◘
Primperan k/p. 10 mg/2 ml (sebagai anti mual dan
muntah).
7.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
◘
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keperluan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang, mual dan muntah.
Intervensi:
1)
Monitor intake dan out put.
2)
Monitor TTV.
3)
Beri makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4)
Kaji nutrisi dan nafsu makan klien.
◘
Gangguan rasa nyaman: Demam, berhubungan dengan adanya
infeksi kuman salmonella.
Intervensi:
1)
Monitor TTV.
2)
Kaji tanda-tanda infeksi.
3)
Kolaborasi dengan Dokter.
◘
Potensial terjadi gangguan integritas kulit berhubungan
dengan bed rest total.
Intervensi:
1)
Jelaskan tujuan pentingnya bedrest total.
2)
Jaga kebersihan tempat tidur.
3)
Anjurkan agar px banyak minum.
◘
Potensial terjadi gangguan keseimbangan cairan dan :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, mual dan
muntah.
Intervensi:
1)
Monitor TTV.
2)
Anjurkan px banyak minum.
3)
Monitor input dan out put cairan tubuh.
4)
Kaji penyebab mual dan muntah.
8.
Daftar Pustaka.
Junaidi. 1996. Asuhan
Keperawatan Pada Px Typhoid. Banjarmasin: Ak-Per Muhammadiyah Banjarmasin
1996.
Ovedaff, D. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ke-3. Jakarta: Media Aeculapius. FKUI
1999.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Jakarta 1996.
Syaifuddin. 1994. Anatomi
Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
0 comments
Post a Comment