CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGIK
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns
1. Pengertian.
Stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan neurologi
baik lokal maupun umum yang terjadi secara mendadak sebagai akibat peredaran
darah serebral.
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak atau akut dengan tanda klinis lokal maupun global yang berlangsung
selama + 24 jam. Dapat menyebabkan kematian karena gangguan peredaran
darah ke otak, termasuk di dalamnya peredaran Subarachnoid dan Infark Serebral
(kematian jaringan otak) tidak termasuk di dalamnya gangguan peredaran darah
sepintas, misalnya karena faktor fisiologis, tumor otak, infeksi karena trauma,
dan lain-lain ( WHO ).
Jadi, stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang akut yang
bisa disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah yang terjadi secara mendadak
atau dalam beberapa detik sehingga menimbulkan gangguan dengan ditandai
terganggunya daerah lokal ke otak.
a)
Stroke Hemorragik.
Adalah stroke disertai pendarahan akibat sobeknya pembuluh
darah parenkim yang menyebabkan kerusakan neuron dan menyebabkan peningkatan
secara cepat.
b)
Stroke Non Hemorragik.
Adalah stroke yang tidak disertai pendarahan otak yang
dianggap sebagai kelainan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron
tanpa memberikan perubahan yang menetap.
2. Etiologi.
![]() |
|||
![]() |
|||
Gangguan aliran darah serebral yang banyak mengakibatkan stroke adalah disebabkan oleh penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan umumnya terjadi pada :
a)
Trombosis Serebral.
Penyebab utamanya adalah Arteri Sklerosis Trombosis yang
menyebabkan Iskemik jaringan otak.
b)
Emboli Serebral.
Adanya penggumpalan darah serebral, misalnya pembekuan
darah, lemak maupun udara.
c)
Arthritis.
Akibat dari Arthritis Temporal, Sipilis pada stadium
penyebaran ke dararah atau menimbulkan radang pada pembuluh darah akibatnya
dengan pembekuan Trombus dan terjadi Infark.
Selain penyebab diatas terdapat juga faktor resiko terjadinya
stroke, yaitu :
a)
Usia diatas 30 tahun.
b)
Hipertensi maligna yang tidak terkontrol.
c)
Merokok.
d)
Obesitas.
e)
Diabetes Melitus.
f)
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.
g)
Arterosklerosis dan pengaruh kekentalan darah.
h)
Riwayat keluarga mempunyai penyakit jantung.
3. Patofisiologi.
Dalam keadaan fisiologis arah aliran darah ke otak dan
kelangsungan fungsinya sangat tergantung pada oksigen, dan otak tidak mempunyai
cadangan oksigen. Apabila terdapat anorexia seperti pada stroke metabolisme
serebral terganggu dan kematian sel serta kerusakan yang melekat dapat terjadi
dalam 3 – 10 menit. ( Long and
Philips, 1989 )
Berbagai kondisi yang menyebabkan gangguan perfusi serebral
dapat mengakibatkan hipoksia dan anoxia, bila aliran darah ke otak berkurang 24
– 30 ml/100gr jaringan otak dan akan terjadi iskemia, untuk gangguan yang lama
otak hanya mendapatkan suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak/mnt
akan terjadi infark jaringan yang sifatnya permanen.
Gangguan aliran darah serebral yang mengakibatkan stroke
dapat disebabkan oleh penyempitan/ tertutupnya salah satu pembuluh darah ke
otak dan ini terjadi umumnya pada trombosis serebral dan pendarahan intra
kranial.
Pada dasarnya stroke infark serebra terjadi akibat
berkurangnya suplai peredaran darah menuju otak. Aliran atau suplai darah tidak
disampingkan ke daerah tersebut. Oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat
atau padat sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20 – 70 ml/ 100 gr.
Jaring akan terjadi iskemik untuk jangka waktu yang lama dan akan mengalami
kerusakan yang bersifat permanen.
Tipe gangguan otak tergantung pada area otak yang terkena dan
ini tergantung pula pada pembuluh darah serebral yang mengalami gangguan.
Gangguan aliran darah serebral yang mengakibatkan stroke dapat disebabkan oleh
penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi
pada umumnya oleh :
a)
Trombosis Serebral.
Yang diakibatkan adanya Arterosklerosis yang pada umumnya
menyerang usia lanjut. Trombosis ini biasanya terjadi pada pembuluh darah
dimana ekluri terjadi. Trombosis ini dapat menyebabkan iskemik jaringan otak.
Endemik-endemik kongesti di area sekitarnya stroke karena terbentuknya thrombus
biasanya terjadi pada orang tua yang mengalami penurunan aktivitas simpatis dan
posisi recumben menyebabkan menurunnya tekanan darah sehingga dapat
mengakibatkan Iskemik Serebral.
b)
Emboli Serebral.
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bawaan
darah, lemak ataupun udara, pada umumnya berasal dari trombus di jantung yang
terlepas, dan menyumbat sistem ateriserebral. Emboli serebral biasanya cepat
dan gejala yang timbul < 10 – 30 detik.
c)
Pendarahan Intra Serebral.
Terjadi karena Arterosklerosis dan Hipertensi, keadaan ini
pada umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun, sehingga menyebabkan penekanan,
pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, akibatnya otak akan
membengkak. Jaringan otak internal tertekan sehingga menyebabkan infark otak,
edema, dan kemungkinan hemiase otak.
4. Penatalaksanaan Medis.
a)
Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan
oksigen.
b)
Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c)
Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d)
Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid,
analgesik.
e)
EKG dan pemantauan jantung.
f)
Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
g)
Rehabilitasi neurologik.
5. Tanda Dan Gejala.
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya
dikelompokan atas 4 macam :
a)
Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
1)
Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
2)
Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan
motoriknya )
3)
Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya
)
b)
Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
1)
Hipoarasthesia dan Arasthesia.
2)
Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada
lidah.
c)
Dyspasia ( gangguan berbicara )
d)
Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
1)
Gangguan neurologis.
2)
Gangguan psikologis.
3)
Keadaan kebingungan.
4)
Reaksi depresif.
6. Prognosis.
a)
Tingkat kesadaran.
♦
Sadar 16 % meninggal.
♦
Somnolen 39
% meninggal.
♦
Stupor 71 %
meninggal.
♦
Koma 100 % meninggal.
b)
Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kelemahan
meningkat tajam.
c)
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak ( 61 % ) yang
meninggal dari pada perempuan ( 41 % ).
d)
Tekanan darah : Tensi tinggi prognosis jelek.
e)
Lain-lain misalnya : Cepat dan tepatnya pertolongan.
f)
Gangguan tatapan.
Mortalitas maupun kecacatan akan lebih tinggi jika ada
deviasi konjugala, jadi adanya gangguan kesadaran, hemiplegi yang berat dan
deviasi konjungtiva menunjukan adanya infark yang lurus akibat penyempitan
Arteri Serebris medis.
7. Pemeriksaan Diagnostik.
a)
CT. Scan atau adanya pendarahan ( infark )
b)
Arneografi.
Untuk melihat gambaran pembuluh darah yang patologis.
c)
Lumbal Punksi.
Untuk membedakan Stroke Hemorragik karena pendarahan
Subarachnoid.
d)
EEG ( Elektro Encephanografi )
Untuk melihat area yang spesifik dan lesi otak.
e)
Ocdter Tethys Prografi.
Memperlihatkan aliran nadi yang lambat, menunjukan
penyumbatan Arteri Karotis Internal.
f)
Posorion Scanning.
Untuk memberikan gambaran metabolisme Serebral.
8. Diagnosa Keperawatan.
a)
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran
darah serebral.
Intervensi :
1)
Kaji faktor-faktor penyebab meningkatnya/ menurunnya
perfusi darah ke jaringan otak.
2)
Monitor TTV secara teratur.
3)
Monitor status neurologis secara teratur.
4)
Pertahankan jalan nafas tetap terbuka.
5)
Letakkan posisi kepala lebih tinggi.
b)
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
Intervensi :
1)
Kaji otot wajah, lidah dan jalan nafas.
2)
Letakkan posisi lebih tinggi pada waktu selama dan
sesudah menelan.
c)
Gangguan aktivitas dan gerak berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot disebabkan oleh kelumpuhan.
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kemampuan kx dalam melakukan aktivitas.
2)
Atur posisi minimal setiap 2 jam.
3)
Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan
pasif pada semua ekstrimitas pada saat masuk.
d)
Perubahan pola eliminasi, konstipasi dan inkontinensia
urine berhubungan dengan immobilisasi kelemahan neurovaskuler, tidak adekuatnya
intake.
Intervensi :
1)
Monitor fungsi bowel dan bladder.
2)
Catat intake dan output.
3)
Beri kenyamanan dan dukungan emosional dalam
pengembangan kemampuan.
e)
Kurangnya personal hygient, makanan/ minuman dan
tolleting berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler, nyeri, penurunan kekuatan
dan ketahanan serta kehilangan kontrol/ koordinasi otot.
1)
Kaji kemampuan dna tingkat kekurangan ( dengan skala 0
– 4 ) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
2)
Berikan bantuan kepada kx sesuai kebutuhannya.
3)
Beri kx dukungan dan waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya.
4)
Kaji kemampuan kx untuk berkomunikasi tentang kebutuhan
sehingg bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kx.
0 comments
Post a Comment