Monday 24 August 2015

LAPORAN PENDAHULUAN TYPHOID FEVER

CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN
TYPHOID FEVER
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns




1.      Pengertian.
Typhoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus atau menyebabkan enteritis akut. Demam typhoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Masa tunas demam typhoid berlangsung selama 10 – 14 hari.

2.      Etiologi.
       Samonella Paratyphi A.
       Samonella Paratyphi B.
       Samonella Paratyphi C.
       Samonella Typhi.

3.      Patofisiologi.
Masuknya kuman salmonella ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis, di tempat ini bisa terjadi komplikasi pendarahan. Kemudian masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe, setelah itu masuk ke aliran darah, sedangkan yang lain mencapai hati. Kuman salmonella bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian retikuloendotelial. Endotoksin kuman salmonella berperan pada patogenesis demam typhoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman salmonella berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena kuman salmonella dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4.      Manifestasi Klinik.
       Minggu Pertama.
        Demam turun-naik.
        Sakit Kepala.
        Sakit Perut.
        Anorexia.
        Konstipasi.
        Nyeri otot.
        Mual dan muntah.
        Diare.
        Batuk.
        Epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.
       Minggu Kedua.
Gejala-gejala menjadi jelas seperti:
        Demam.
        Lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor).
        Hepatomegali.
        Splenomegali.
        Meteroismus.

5.      Pemeriksaan Penunjang.
       Pemeriksaan Laboratorium.
1)      Pemeriksaan Leukosit.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
2)      Pemeriksaan SGOT dan SGPT.
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh dari demam typhoid.
3)      Tes Widal.
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin). Aglutinin  yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum px demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid.
Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum px yang disangka menderita demam typhoid.
Akibat infeksi oleh kuman salmonella, px membuat anti bodi (aglutinin), yaitu:
a)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b)      Aglutinin H, karena rangsangan  antigen H (berasal dari flagela kuman).
c)      Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan px menderita demam typhoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
4)      Biakan Darah.
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam typhoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan positif lagi.

6.      Penatalaksanaan Medis.
       Infus RL dan Dextrose . (sebagai elektrolit dan glukosa).
       Kloramfenikol 4 x 500 mg / hari (sebagai anti biotik / mikroba).
       Novalgin k/p. metampiron 500 mg/ml (sebagai analgetik dan anti piretik).
       Primperan k/p. 10 mg/2 ml (sebagai anti mual dan muntah).

7.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
       Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keperluan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang, mual dan muntah.
Intervensi:
1)      Monitor intake dan out put.
2)      Monitor TTV.
3)      Beri makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4)      Kaji nutrisi dan nafsu makan klien.
       Gangguan rasa nyaman: Demam, berhubungan dengan adanya infeksi kuman salmonella.
Intervensi:
1)      Monitor TTV.
2)      Kaji tanda-tanda infeksi.
3)      Kolaborasi dengan Dokter.

       Potensial terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total.
Intervensi:
1)      Jelaskan tujuan pentingnya bedrest total.
2)      Jaga kebersihan tempat tidur.
3)      Anjurkan agar px banyak minum.
       Potensial terjadi gangguan keseimbangan cairan dan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, mual dan muntah.
Intervensi:
1)      Monitor TTV.
2)      Anjurkan px banyak minum.
3)      Monitor input dan out put cairan tubuh.
4)      Kaji penyebab mual dan muntah.

8.      Daftar Pustaka.
Junaidi. 1996. Asuhan Keperawatan Pada Px Typhoid. Banjarmasin: Ak-Per Muhammadiyah Banjarmasin 1996.
Ovedaff, D. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ke-3. Jakarta: Media Aeculapius. FKUI 1999.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi  ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Jakarta 1996.

Syaifuddin. 1994. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

0 comments

Post a Comment