Wednesday 19 August 2015

ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM


CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns




PENGKAJIAN




Tanggal masuk        : 15-09-2003.
Ruang / kelas            : Nifas / III
Pengkajian tgl          : 18 September 2003.

Jam masuk          : 12.30 WITA.
No                          :  -
Jam                       :  10.00     WITA.




1.       Identitas.


Nama Px                : Ny. B.
Umur                       : 34 th.
Suku / Bangsa       : Banjar / Indonesia.
Alamat                   : Jl. A.Yani km 6 ½.
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan               : Pedagang
Agama                    : Islam.
Status                      : Pernah menikah / janda.
 Dx Medis                : Kista Ovarium
Nama suami                  : Tn. F.
Umur                               : 37 th.
Suku/bangsa                 : Banjar/ Indonesia
Agama                            : Islam.
Pendidikan                     : SMA.
Pekerjaan                       : Buruh.






2.       Status Kesehatan.
1)       Alasan kunjungan ke rumah sakit.
Menurut pasien sejak 2 bulan terakhir haid tidak teratur, bahkan ½ bulan terakhir haid semakin banyak. Oleh pasien segera diperiksakan kebidan setempat, kemudian dianjurkan oleh bidan tersebut untuk USG karena ada benjolan di abdomen bagian bawah, setelah di USG ternyata benjolan tersebut dipastikan kista ovarium dan dianjurkan untuk operasi, pasien masuk RS tanggal 18 september 2003 jam12.00 WITA.
2)       Keluhan utama saat ini.
Pasien mengatakan ia merasakan nyeri pada area luka operasi ( post op hari 3 ), pasien tampak meringis menahan nyeri.
Nyeri terasa bila bergerak, skala nyeri 3 serta batuk yang kadang disertai sputum.
3)       Timbulnya keluhan.
Keluhan yang dirasakan saat ini adalah nyeri yang datang terutama bila melakukan aktifitas.
4)       Upaya yang dilakukan untuk mengatasi.
Selama dirumah pasien hanya melakukan pengobatan kebidan setempat oleh bidan dianjurkan periksa ke RS karena ada benjolan pada abdomen.
5)       Diagnosa medik.
Kista ovarium.


3.       Riwayat Keperawatan.
1)       Riwayat obstetri.
a)       Riwayat menstruasi.
         Menorhoe umur 12 th, banyaknya 2 – 3 pembalut / hr, siklus teratur, lamanya 1minggu, keluhan :  Nyeri bila haid datang.
b)       Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu.
         Ke I.
Tahun 1998, umur 5 ½ tahun, penyulit tidak ada, ada episiotomi, dengan pendarahan cukup selama masa nifas sampai 2 bulan, persalinan spontan ditolong bidan di RS menurut pasien saat melahirkan dulu kala I lama, anak lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan waktu lahir 3200 gram dengan panjang badan 52 cm.
c)       Genogram.
 











Keterangan:
                = Laki-laki.
                = Perempuan.
                = Pasien.
               
d)       Riwayat KB.
Menurut pasien ia tidak pernah ber KB sebelumnya.
e)       Riwayat kesehatan.
Sebelumnya pasien tidak pernah masuk RS, selama ini pasien hanya mengeluh punggungnye sering pegal karena terlalu lama duduk untuk menjaga dagangannya, px hanya membawa keluhan tersebut ketukang pijat, menurut px ia tidak mempunyai riwayat penyakit seperti: DM, hipertensi, asma, hepatitis, demikian juga dikeluarganya yang mempunyai riwayat penyakit tersebut.
f)        Riwayat lingkungan.
Menurut px ia tinggal dirumahnya Jl. Stadion lambung mangkurat (km 6 ½) , dan keadaan lingkungannya cukup bersih dan tidak tampak adanya bahaya dilingkungan sekitarnya.
g)       Aspek psikososial
         Persepsi ibu tentang keluhan / nyeri.
Menurut ibu penyakitnya tersebut merupakan ujian dari Allah SWT, ia akan selalu berdoa dan berharap segera sembuh agar bisa secapatnya kembali berdagang.
         Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan thd kehidupan sehari-hari.
Menurut px keadaan ini sangat mempengaruhi dirinya karena ia tidak bisa melakukakan aktifitas sehari-hari yaitu sebagai pedagang
         Harapan yang ibu inginkan.
Px sangat berharap ia dapat sembuh, dan berdoa jangan sampai penyakitnya kembali terjadi dan berharap semoga jangan pernah terjadi pada orang lain atau keluarganya.
         Ibu tinggal dengan siapa.
Menurut px sejak bercerai 3 tahun yang lalu ia tinggal dirumah orang tuanya bersama 3 orang saudaranya serta seorang anak perempuan.
         Orang terpenting bagi ibu.
Menurut px orang terpenting bagi dirinya adalah orang tua dan anaknya.
         Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini.
Menurut px keluarganya sangat memperhatikannya, bahkan sering mengunjunginya di RS untuk memberikan semangat.
h)       Kebutuhan dasar khusus.
         Pola Nutrisi.
Dirumah         :  Frekuensi makan 3x sehari, tidak ada makanan pantangan, tidak ada makanan yang tidak disukai, nafsu makan baik, dengan nasi biasa + sayur + lauk pauk.
Di RS              :  Menurut px selama di RS, px setelah post op (serat diperbolehkan makan) memperoleh diet bubur saring dengan frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan baik, px mampu menghabiskan porsi yang disediakan RS.
         Pola Eliminasi.
Dirumah         :  BAK 4 – 5 x/hr, dengan warna kuning bau pesing, tidak ada keluhan saat BAK.
                            BAB 1 x/hr dengan warna kuning kecoklatan, tidak keluhan saat BAB.
Di RS              :  Px BAK melalui kateter, saat pengkajian kateter terisi + 750 cc, kateter terpasang sejak 3 hari yang lalu (saat operasi), menurut px sejak post op px sudah , dengan warna kuning bau pesing, tidak ada keluhan saat BAK.
         Pola Personal hygene
Dirumah         :  Px biasa mandi 2 x/hr dengan menggunakan sabun, oral hygene setelah makan pagi dan sore, keramas 2 – 3 x/mgg.
Di RS              :  Menurut px sejak post op px cuma diseka 1 x/hr oleh keluarganya, oral hygene 1 x/hr dibantu keluarga, keramas tidak dilakukan.
         Pola tidur dan istirahat.
Dirumah         :  Px tidur malam biasanya 4 – 5 jam, tidur siang 1 – 2 jam, tdk ada kebiasan menjelang tidur, tdk ada keluhan dlm tidur
Di RS              :  Sejak masuk RS  px tidur malam sekitar 7 – 8 jam, tidur siang 30 – 60 menit, tidak ada keluhan gangguan tidur selama di RS.
         Aktifitas dan latihan.
Dirumah         :  Px bekerja sebagai pedagang dipasar subuh, aktifitas dimulai sekitar pukul 02.00 WITA, menurut px ia tidak melakukan olah raga khusus karena menurut px aktifitasnya dipasar subuh merupakan olah raga, waktu luang digunakan px untuk tinggal dirumah atau menemani anaknya.
Di RS              :  Px tampak sangat berhati-hati bila bergerak, px tampak meringis bila bergerak, skala nyeri sedang.
         Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Menurut px ia tidak pernah merokok, minum-minuman keras bahkan dan obat-obatan terlarang.
i)         Pemeriksan fisik.
         Keadaan umum.
Keadaan umum px baik dengan kesadaran compos mentis, GCS = 4,5,6  saat dilakukan pengkajian diperoleh hasil pengukuran.

TTV: TD : 120/80 mmHg.               TB    : 156 cm.
          N: 60 x/m.                            BB   : 50 kg.
          R: 20 x/m.                            LLA: 24 cm
          S: 36,5 ‘C
         Kulit.
Kulit berwarna sawo matang, tidak tampak adanya lesi, turgor kulit baik   (dicubit kembali dalam 1 detik), kulit teraba lembut dan hangat dengan temperatur 36,5 ‘C.
         Kepala.
Kepala tampak simetris, tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada riwayat trauma kepala, kebersihan kepala baik.
         Mata.
Kelopak mata tampak baik, gerakan bola mata normal, konjunctiva kemerahan, sklera mata bersih / putih, px tidak menggunakan alat bantu penglihatan, kebersihan baik.
         Telinga.
Telinga tampak simetris, tidak tampak pendarahan / peradangan, tidak ada keluhan telinga berdengung, fungsi pendengaran baik.
         Mulut dan tenggorokan.
Menurut px ia tidak menggunakan gigi palsu, bagian belakang gigi bawah berlobang 2 buah, tidak ada keluhan dalam proses mengunyah, mukosa mulut lembab, bibir tampak kemerahan, lidah bersih.
         Dada dan axila.
Mamae tidak ada keluhan pembesaran yang tampak, areola mamae berwarna coklat muda, papila mamae menonjol, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada keluhan nyeri atau benjolan abnormal pada payudara.
         Pernafasan.
Px tampak bernafas melalui hidung, suara nafas normal, tidak tampak penggunaan otot bantu nafas, tidak ada keluhan obstruksi / kesulitan untuk bernafas, frekuensi nafas 20 x/m, menurut px kadang batuk dengan dahak.
         Sirkulasi jantung.
Frekuensi nadi 64 x/m dengan irama teratur, tidka terdengar adanya kelainan bunyi jantung saat diauskultasi ( S1, S2 tunggal ), tidak ada keluhan nyeri dada, dada tampak simetris.
         Abdomen.
Pada abdomen tampak bersih, tidak tampak adanya striae, tampak ada luka bekas operasi, dan luka tertutup kasa, arah luka memanjang dan umbulikus ke arah simfisis.
         Genitourinary.
Px tidak ada keluhan haemorroid, tidak ada pendarahan pervagina, terpasang kateter sejak px operasi, kantong kateter tampak terisi urine        + 750 cc.
         Ekstrimitas.
Turgor kulit baik, ekstrimitas tampak simetris, cuma pada bagian jari pada ekstrimitas tampak tidak terbentuk dengan sempurna, menurut px hal tersebut merupakan pembawaan sejak lahir, tidak ada riwayat trauma pada ekstrimitas, tidak ada kesulitan pergerakan, terpasang infus pada ekstrimtas atas sinistra, kekuatan otot normal.
Skala kekuatan otot:
5              5
5                     5             
                               
j)        Data penunjang
         Laboratorium. ( tgl 16 september 2003 )
HB                  : 14,1 gram %         ( L: 13,5-17,5   P: 11,5-15,5 )
Leukosit         : 11.200 / mm3             ( 4000-11000)
         USG. ( tgl 16 september 2003)
Kontrol USG dengan fullblandder
Comform ovarial kista 76 mm uterus membesar 70 mm.
         Foto thorax / rontgen.
Tanggal 16 september 2003.
         Obat – obatan.
Infus                            : ( RL: D5%, 3:1 ) 20 tts/m.
Kedacillin                   : 3x1 gram.
Antrain                        : 3x1 amp.
Pronalges                    : Supp.
Klaneksi                      : 3x500 mg
Paracetamol              : 3x1 tab.
Vit C                            : 3x1 amp.
Becombion syr          : 3x1.
Data Fokus.
         Inspeksi.
Pasien tampak meringis bila bergerak dan sangat berhati-hati, px tampak berbaring ditempat tidur, px kadang batuk dengan sputum, terdapat luka post op pada abdomen ( post op hari 3 ) yang tertutup kasa, luka memanjang dari umbilikus sampai ke arah simfisis, dalam beraktifitas px tampak dibantu ibu / keluarga, pada ekstrimitas atas sebelah kiri terpasang infus RL 20 tts/m, pada genetalia terpasang DC dikantong penampung tampak terisi urin berwarna kekuningan, agak merah dengan volume + 750 cc.
         Palpasi.
Saat dipalpasi kulit tampak hangat dengan temperatur 36,5 ‘C, pada daerah abdomen terdapat nyeri tekan dengan skala nyeri 2; sedang.
         Perkusi.
Saat diperkusi pada daerah dada terdengar bunyi sonor.
         Auskultasi.
Bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan.



ANALISA DATA


No
Data Penunjang
Masalah
Etiologi
1.

















2.







3.












4.
DO :
         Pasien tampak meringis bila bergerak
         Skala nyeri 2 (sedang)
0 : Tidak nyeri.
1 : Nyeri ringan.
2 : Nyeri sedang.
3 : Nyeri berat.
4 : Nyeri tidak tertahankan
         Px tampak sangat berhati-hati bila bergerak
         Terdapat luka post op pada abdomen yang tertutup kasa
         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64 x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
         Menurut px ia merasa nyeri pada daerah luka post op bila bergerak
         Menurut px ia takut untuk banyak bergerak karena nyeri luka post op

DO :
         Pasien tampak batuk namun tidak ada sputum yang keluar
         Respirasi 20 x/m.
DS :
         Menurut px ia kadang batuk dengan dahak, namun ia tidak bisa mengeluarkan dahaknya dengan maksimal karena karena takut untuk batuk yang kuat

DO :
         Px tampak lemah, dan berbaring ditempat tidur, terpasang infus dan DC
         Px tampak sangat berhati-hati bergerak
         Px tampak dibantu ibunya untuk bangun dan minum
         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64 x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
         Menurut px ia merasa pusing bila terlalu lama bangun dari tempat tidur.
         Menurut px ia merasa nyeri dan takut untuk kekamar mandi karena masih terpasang infus, DC dan nyeri

DO :
         Terdapat luka post op yang masih basah tertutup kasa, luka memanjang dari umbilikus ke arah simfisis
         Luka post op hari ke 3
         TTV:  TD: 120/80 mmHg.    N: 64 x/m.
R: 20 x/m.     T: 36,5 ‘C.
DS :
         Menurut px ia merasa nyeri pada area luka dan terasa panas
Nyeri akut

















Ketidak efektifan bersihan jalan nafas




Intoleransi aktifitas











Resiko terjadi infeksi

Luka post op

















Ketidak mampuan batuk efektif





Ketidak efektifan sekunder  terhadap kurang motivasi







Tempat masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan  (luka post op)


Prioritas Keperawatan:
1.       Nyeri akut b.d adanya luka post operasi.
2.       Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d ketidak mampuan batuk efektitif.
3.       Intoleransi aktifitas b.d ketidak efektifan sekunder terhadap kurang motivasi.
4.       Resiko terjadi infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan (luka post op).





















PROSES KEPERAWATAN


No
Dx
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.

















2.















3.

















4.



I

















II















III

















IV

Rasa nyeri klien hilang/ berkurang setelah 4 hari perawatan
KE:
         Pasien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang
         TTV normal
         Penggunaan analgetik tidak ada /berkurang






Bersihan jalan nafas efektif dalam 3 hari perawatan
KE:
         Px mampu melakukan batuk efektif
         Nafas normal








Px mampu ber aktifitas tanpa dibantu dalam 3 hari perawatan
KE:
         Px mampu beraktifitas mandiri
         TTV normal









Infeksi tidak terjadi dalam 5 hari perawatan
KE:
         Tanda infeksi tidak ada
         TTV normal
         Luka sembuh


         Kaji penyebab nyeri
         Monitor TTV
         Ajarkan tehnik relaksasi
         Atur posisi yang nyaman
         Kaji skala nyeri
Kolaborasi:
         Beri analgetik








         Kaji penyebab ketidak efektifan bersihan jalan nafas
         Anjurkan px untuk minum air hangat
         Ajarkan px nafas dalam dan batuk efekfit
         Bebat insisi abdomen atau dada dengan, bantal atau keduanya.
Kolaborasi:
         Beri obat SOD

         Kaji penyebab intoleransi aktifitasi
         Kaji skala kemampuan beraktifitas dan skala kekuatan otot
         Anjurkan px untuk mobilisasi secara bertahap
         Anjurkan px untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat
         Anjurkan keluarga untuk memotivasi px agar beraktifitas

         Kaji tanda-tanda infeksi
         Ukur TTV
         Lakukan tehnik aseptik atau antiseptik dalam melakukan tindakan
         Anjurkan px untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein dan tinggi vitamin.
Kolaborasi:
         Beri obat SOD.
         Penyebab diketahui sehingga dapat dengan mudah menentukan intervensi
         Perubahan TTV merupakan identifikasi diri terhadap perkembangan px
         Tehnik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi sehingg persepsi nyeri akan berkurang
         Posisi yang sesuai/nyaman akan mambantu otot-otot berelaksasi sehingga nyeri berkurang
         Skala nyeri menunjukan respon px terhadap nyeri
Kolaborasi:
         Pemberian analgetik yang sesuai  membantu mengurangi nyeri px

         Dengan diketahui penyebab akan memudahkan menentukan intervensi yg tepat
         Air hangat akan membantu pengenceran sputum
         Batuk efektif membutuhkan nafas dalam dan kontraksi otot-otot pernafasan, khususnya otot abdomen untuk meningkatkan tekanan intratoratik dan pengeluaran sekresi
         Membebat daerah insisi akan mencegah robeknya jahitan pada daerah post op
Kolaborasi:
         Obat yang sesuai membantu mengurangi keluhan
         Dengan mengetahui penyebab akan mudah menentukan intervensi yang tepat
         Skala kekuatan otot dan skala kemampuan beraktifitas menunjukan respon px terhadap aktifitas
         Latihan mobilisasi secara bertahap akan mengurangi keluhan pusing akibat mobilisasi yang tiba-tiba
         Nutrisi yang adekuat merupakan asupan energi untuk kebutuhan aktifitas
         Dukungan / motivasi keluarga akan memberikan semangat kepada px untuk beraktifitas



         Tanda infeksi diketahui akan memudahkan menentukan adanya infeksi
         Terjadinya infekis akan mempengaruhi TTV, terutama suhu tubuh
         Tehnik septik dan anti septik membantu mengurangi organisme-organisme yang masuk ke area luka
         Makanan tersebut dapat meningkatkan penyembuhan dan regenerasi selular serta produksi limfosit
Kolaborasi:
         Obat yang sesuai akan mencegah terjadi infeksi






No
Hari/ Tgl
Dx
Jam
Implementasi
Evaluasi
1.

















2.













3.














4.
18 September 2003















18 September 2003











18 September 2003












18 September 2003
I

















II













III














IV
09.45

10.00


10.25












10.30


10.35


10.40







10.15




10.30









10.45





11.00
         dengan skala nyeri 2; sedang)
         Mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam)
         Mengukur TTV dan antropometri
TTV:  TD: 120/80 mmHg.         
N: 64 x/m.  R: 20 x/m.    
T: 36,5 ‘C.







         Menganjurkan px untuk minum air hangat
         Menganjurkan px untuk posisi semi fowler atau fowler
         Mengajarkan px untuk nafas dalam dan batuk efektif





         Menganjurkan px untuk mobilisasi secara bertahap (miring kiri-kanan, duduk sebentar dll)
         Menganjurkan px untuk mempertahankan asupan nutrisi yang kuat





         Mengkaji tanda-tanda infeksi    (nyeri, panas, kemerahan, bengkak dan gangguan fungsi pada area luka)
         Menganjurkan px untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, vitamin dan kalori
18 September 2003 (10.45))
S    :
         Menurut px ia masih merasa nyeri pada area luka dan berusaha menggunakan tehnik relaksasi (nafas dalam)
O   :
         Px tampak berhati-hati saat akan duduk, skala nyeri masih
         TTV:  TD: 120/80 mmHg.         
N: 64 x/m.  R: 20 x/m.   
 T: 36,5 ‘C
A   :
      Masalah nyeri luka post op masih belum teratasi
P    :
         Intervensi dilanjutkan.

18 September 2003 (11.00)
S    :
         Setelah latihan tadi ia mulai belajar untuk batuk efektif, ia takut bila batuk terlalu kuat karena takut jahitan lukanya robek
O   :
         Px tampak lemah kadang batuk tapi sputum yang keluar
A   :
      Masalah belum teratasi.
P    :
         Intervensi dilanjutkan.

18 September 2003 (10.30))
S    :
         Menurut px ia masih takut untuk terlalu banyak bergerak karena nyeri terasa bila bergerak pada luka post op
O   :
         Px tampak berusaha untuk duduk, px tampak meringis saat bergerak, terpasang infus
A   :
      Masih belum teratasi
P    :
      Intervensi dilanjutkan.

18 September 2003 (11.30)
S    :
         Menurut px ia merasa pada area luka terasa nyeri dan panas
O   :
         Luka masih tertutup kasa, belum boleh didresing
A   :
      Masalah tidak terjadi
P    :
      Intervensi dilanjutkan.







1.       Daftar Pustaka.
Doengoes, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC.
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta; EGC.

Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

0 comments

Post a Comment