Tuesday 18 August 2015

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

Edited By. Muhammad Imron, S.Kep,Ns



I.       PENGERTIAN.

Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung baik akut maupun kronis.

II.    ETIOLOGI.

1.      Gastritis Akut.
Merupakan imflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.
a. Gastritis eksugen acut. Disebabkn faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagia:
§  Gastritis eksugen akut yang simple, disebabkan oleh :
~ Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung,        seperti rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.
~ Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb. 
§        Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:
~ Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti imflamasi, antibiotik dsb.
~ Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti, soda, kaustik, (no hydroxide) korosiv sublimat.  

b.      Gastritis endugen acute.disebabkan kelainandalam tubuh yang terdiri dalam beberapa bagian :
§  Gastritis infektioaksa akute, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar       
       dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
§  Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.     

2.      Gastritis Kronis.
Merupakan suatu imflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
§ Bakteri, infeksi stapilococcus< (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
§ Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.
§ Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
§ Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
 
III. TANDA DAN GEJALA.

1.      Gastritis Akute.
a.       Gastritis Akute Eksogen Simple :
~ Nyeri epigastrik mendadak.
~ Nausia yang di susul dengan vomitus.
~ Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
b.      Gastritis Akute Eksogen Korosiva :
~ Pasien kulaps dengan kulit yang dingin.
~ Tachicardi dan siansis.
~ Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
~ Nyeri hebat / kolik.

c.       Gastritis Infeksiosa Akute :
~ Anoreksia
~ Perasaan tertekan pada epigastrium.
~ Vumitus.
~ Hematemisis.

d.      Gastritis Hegmonos Akute :
~ Nyeri hebat mendadak di epigastrium. ~ Neusia.
~ Rasa tegang pada epigastrium.            ~ Vumitus.
~ Panas tinggi dan lemas                                     ~ Tachipneu.
~ Lidah kering sedikit ekterik.                    ~ Tachicardi
~ Sianosis pada ektremitas.                                 ~ Diare.
~ Abdomen lembek.                                           ~ terjadi leukositosis   

2.      Gastritis Kronis.
Terdiri dari :
a.       Gastritis Superfisialis.
~ Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.    ~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa penuh pada epigastrium.        ~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun dan sesudah makan.                       ~ Terasa pusing.
~ Vumitus.

b.      Gastritis Atropikan.
~ Rasa tertekan pada epigastrium.                                   ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada perut.                                               ~ Nousea.
~ Keluar angin pada mulut.                                 ~ Vumitus.
~ Mudah tersinggung.                                         ~ Gelisah.
~ Mulut dan tenggorokan terasa kering.

c.       Gastritis Hypertropikan Kronika.
~ Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai melena.

IV.        PATOFISIOLOGI.

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peingkatan difusi balik ion hydrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzi-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena envasi langsung pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradngan ini termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitusnya terputus dapat mennimbulkan hematemisis maupun melena

V.           PEMERIKSAAN PENUNJANG.

1.      Darah lengkap.                                             6.  Faeces
2.      Gastroscopy                                      7.  Biosi dan sitologi
3.      Nasogastrik aspiration.                                  8.  Endoscopy
4.      Angiografie visualazation                 9.  Double kontrast
5.      Semin gastrin

VI.        PENATALAKSAAN.

1.      Gastritis Akute.
a.       Gastritis Eksogen Akute Simple.
~ Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
~ Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum.
~ Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
§  Pemberian cairan.
§  Antimentek untuk mengurangi muntah  ~ Sotatik.
§  Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.

b.      Gastritis Infektiosa Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
~ Kolaborasi medik :
§  Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
§  Pembrian anti spasmodik.

c.       Gastritis Hegmonos Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
~ Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
~ Kolaborasi medik :
§  Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.

2.      Gastritis Kronis.
a.       Gastritis Superfisialis.
~ Istirahat yang cukup.
~ Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
§  Pemberian anti spasmodic.
b.      Gastritis Atropikan.
~ Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vumitus.
~ Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
~ Kolaborasi medik :
§  Pemberian anti spasmodik.
§  Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
c.       Gastritis Hypertropikan.
~ Istirahat yang cukup.
~ Hindari merokok.
~ Beri makanan cair dan lembek.
~ Kolaborasi medik :
§  Anti spasmodik.
§  Anti perdarahan k/p.

VII.     KOMPLIKASI.

1.      Gastritis Akute.
a.       Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
b.      Ulkus pada lambung.
c.       Perfurasi lambung.

2.      Gastritis Kronis.
a.       Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan   terjadi anemia pernisiosa.
b.      Gangguan penyerapan zat besi.
c.       Penyempitan daearah fillorus.
d.      Kanker lambung.

VIII.  DAFTAR PUSTAKA.

~ PAM Keperawatan Depkes RI Banjarbaru, Askep pada pasien Gangguan Sistem Pencernaan (Gastritis) 1997.
~ Pusdiknakes, Askep pasien dengan Gangguan Sistem pencernaan Jilid 2 Edisi I, Jakarta 1990.
~ Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 1 FKUI Jakarta 1997
~ Sujono Hadi, Gastro Entrologi, Bandung 1995. 


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS.

PENGKAJIAN.
     
1.   Aktivitas / istirahat.
Gejala              :     ·    Kelemahan / kelelahan.
Tanda              :     ·    Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).

2.      Sirkulasi.
Gejala              :     ·    Hipotensi.
·         Takhikardi. Disritmia.
·         Kelemahan nadi / perifer
·         Pengisian kapiler lambat.
·         Warna kulit pucat, sianosis.
·         Kelembaban kulit berkeringat.

3.      Integritas Ego.
Gejala              :     ·    Faktor stress akut / psikologi.
·         Perasaan tidak berdaya.
            Tanda              :     ·    Tanda ancietas, misalnya ; pucat,, gelisah, berkeringat.
·         Perhatian menyempit.
4.   Eliminasi.
      Gejala              :     ·    Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
      Tanda              :     ·    Nyeri tekan abdomen.
·         Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.
·         Karakteridtik feces ; diare dan konstipasi.

5.   Makanan / Cairan.
      Gejala              :     ·    Anorexia, mual, dan  muntah, cegukan.
·         Tidak toleran terhadap makanan.
            Tanda              :     ·    Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.

6.    Neorosensori.
            Gejala              :     ·    Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
·         Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.

7.   Nyeri / Kenyamanan.
      Gejala              :     ·    Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar dan perih.
·         Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan &  hilang setelah minum obat antasida.
·         Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan ( ulkus peptik ).
·         Nyeri epigastrium kanan ±  4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus doudenum ).
·         Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.
·         Stress psikologis.
8.     Keamanan.
      Gejala              :     ·    Alergi terhadap obat.
      Tanda              :     ·    Peningkatan suhu.


DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL.      

Nyeri kronik berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.

Tujuan jangka pendek             :     Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan jangka panjang             :     Tidak terjadi iritasi berlanjut.

¨       Rencana Tindakan.
1.      Puasakan pasien pada 6 jam pertama.
2.      Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
3.      Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4.      Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ), serta perubahan karakteristik nyeri.

¨       Rasionalisasi.
1.      Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.
2.      Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah periode puasa.
3.      Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.
4.      Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit / terjadinya komplikasi.

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anorexia.

Tujuan jangka pendek             :     Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Tujuan jangka panjang             :     Mempertahankan BB tetap seimbang.

¨       Rencana Tindakan.
1.      Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.
2.      Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.
3.      Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
4.      Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5.      Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang  menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.

¨       Rasionalisasi.
1.      Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2.      Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.
3.      Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4.      Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
5.      Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.

Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan jangka pendek       : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya.
Tujuan jangka panjang      : Pasien dapat memecahkan masalah dengan menggunakan     sumber yang efektif.

¨    Rencana Tindakan
1.      Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.
2.      Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.
3.      Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4.      Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.
5.      Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
6.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

¨       Rasionalisasi
1.      Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.
2.      Indikator derajat ansietas.
3.      Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4.      Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan ketrampilan koping.
5.      Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

6.      Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas, meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.

0 comments

Post a Comment