CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA AKUT
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns
I. PENGKAJIAN
1.
IDENTITAS KLIEN
Nama Lengkap Anak :
An. H
Nama Panggilan :
Hend...
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir :
Magetan, 6 Juli 1993
Umur :
7 tahun
Anak ke :
I (Pertama)
Nama Ayah :
Tn P
Nama Ibu :
Ny. R
Pendidikan Ayah :
SD
Pendidikan Ibu :
SD
Pekerjaan Ayah :
Swasta
Pekerjaan Ibu :
Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat Rumah : Dusun Jompong Desa Kedung Panji RT 10 RW 05
Kecamatan Lembayan Kabupaten Magetan
Taggal MRS :
12 Juli 2002
Diagnosa Medis :
Acute Myelogenous Leukemia
Sumber Informasi :
Orang tua klien
Pengkajian tanggal :
15 Juli 2002.
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN / DATA MEDIK
Riwayat
Keperawatan Sekarang
Keluhan Utama
Pucat sejak 5 hari sebelum Masuk Rumah Sakit. Panas badan
naik turun mulai 4 minggu sebelum masuk RS.
Klien datang atas
rujukan Puskesmas Lembayan ke bagian hematologi RSUD DR Soetomo dan didiagnosa
ALL.
Riwayat
Keperawatan Sebelumnya :
Riwayat
Kelahiran Anak:
Prenatal : (-).
Natal :
Lahir cukup bulan
( 9 bulan ) dengan bantuan vakum ekstratum oleh dokter karena ketuban pecah
dini 1 jam dan ibu kehabisan tenaga untuk meneran. Anak lahir langsung menangis
kuat dan spontan, dengan BBL 3400 gram.
Post-Natal : (-).
Tumbuh
Kembang:
Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah : 6 – 12 tahun
Tahap pertumbuhan
Berat badan pada usia sekolah sebagai
pedomannya adalah :
Tinggi badan : Umur (tahun) x 6 x
7
Klien seorang anak perempuan
berumur 10 tahun dengan berat badan 25 Kg. Menurut keluarga, klien adalah anak
yang cukup rajin, prestasi di sekolah cukup baik, klien memiliki banyak teman,
baik disekolah maupun dirumah. Ketika klien diajak bicara oleh tim kesehatan,
baik perawat maupun dokter serta tenaga kesehatan lainnya, klien mau menjawab
dan tampak tidak merasa takut. Ketika akan dilakukan suatu tindakan pertama
klien merasa takut tetapi kemudian setelah diberikan penjelasan klien mau
dilakukan tindakan, walaupun rasa takut masih tampak.
Tahap perkembangan
Menurut Teori Psikososial Erik Erikson :
Anak usia 6 – 12 tahun termasuk
tahap : Industry Versus Inferioritas
(Rendah diri).
Berfokus pada hasil akhir suatu
pencapaian (membuat sesuatu sampai selesai). Anak memperoleh kesenangan dari
penyelesaian tugasnya atau pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk
usahanya.
Jika anak tidak mendapat
penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya,
akan merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk dapat berkembang.
Jadi fokus pada anak sekolah
adalah pada hasil prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, guru dan
temas sebaya. Perkembangan adalah pengertian dari persaingan/kompetisi dan
kerajinannya.
Menurut Teori Perkembangan Intelektual oleh Piaget :
Termasuk tahap :
Konkrit Operasional.
(1)
Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat
mengelompokkan fakta-fakta, berfikir abstrak.
(2)
Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan
sistematis.
Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud :
Termasuk fase : Laten
(5 – 12 tahun).
(1)
Anak masuk ke permulaan fase pubertas.
(2)
Anak masuk pada periode integrasi, dimana anak harus
berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial, contoh : hubungan kelompok,
pelajaran sekolah, dll.
(3)
Fase tenang.
(4)
Dorongan libido mereda sementara.
(5)
Zona erotik berkurang.
(6)
Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group).
Pertumbuhan anak
seperti layaknya anak lain normal, tidak ada kelainan dan tidak suka
sakit-sakitan.
Imunisasi : Sudah lengkap sampai dengan usia 9 bulan yaitu
campak.
Status Gizi :Selama
bayi selama satu tahun anak mendapat ASI dan setelah ASI diganti dengan PASI
Lactogen sampai usia 2 tahun dan diganti dengan makan nasi. Ibu klien
mengatakan bahwa klien sangat sulit makannya, serta minum susu juga sangat
sulit, kadang-kadang klien mau minum susu hanya susu coklat dan tidak setiap
hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah membeikan vitamin untuk nafsu makan
tetapi tetap makannya sangat sulit. Kadang-kadang tidak mau makan. Kalau sudah
tidak mau makan ibu klien tidak pernah memaksakan untuk makan. Ibu klien
mengatakan bahwa sudah berusaha menawarhan makanan yang disukai. Sejak MRS
klien sulit makan, klien mengeluh mual dan merasa ingin muntah.
Lainnya :Sebelumnya anak pernah MRS di RS Madiun
dengan penyakit yang sama pada bulan Maret tahun 2002.
Persepsi
Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Anak didiagnosa AML dan MRS di RSUD
DR. Soetomo. Sebelumnya anak sering sakit-sakitan, flu, panas, diare.
Aktivitas
dan Latihan
Sebelum sakit anak besekolah di salah satu SD Negeri kelas I. Aktivitas
harian anak sepulang sekolah mengaji dan bemain. Saat ini anak cenderung
pendiam, bermain bila ada adiknya saja, waktu luang lebih banyak nonton TV.
Untuk pemenuhan kebutuhan harian dibantu sebagian oleh orang tua.
Tidur dan
Istirahat.
Keadaan sebelum sakit anak biasa tidur siangselama kurang lebih2 jam dan
malam hari tidur jam 9 sampai jam 5.30.
Keadaan anak saat ini : anak bila akan tidur harus ditemani oleh ibunya,
malam hari mulai tidur jam 20 dan bangun pagi pukul 5.30
Ekspresi wajah tidak mengantuk, palpebrae inferior tidak berwarna gelap.
Persepsi
Kognitif.
Menurut ibu anak tahu bahwa ia mengidap sakit Leukemia. Tetapi, ibu tidak
menjelaskan apa itu penyakit leukemia karena masih terlalu kecil.
Peran dan
Hubungan dengan Sesama.
Anak H merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Saat ini ibunya sedang
mengndung anak ketiga. Anak H mengharapkan adiknya itu adalah perempuan, karena
bisa diajak bermain.
Mekanisme
Koping dan Toleransi Terhadap stress
Menurut ibu, semenjak anak H didiagnosa AML, anak menjadi sensitif, mudah
marah dan cepat menangis. Bila ada yag tidak disenagai atau masalah anak
biasanya cerita kepada ayahnya.
Sistem
Nilai Kepercayaan
Keluarga adalah keluarga Islam yang taat beragama. Ibu memakai jilbab.
Setiap kali orang tua sholat, anak ikut-ikutan sholat walaupun belum tahu
doa-doanya.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN
FISIK (PENGKAJIAN BODY SYSTEM)
1.
Sistem Respirasi :
Pergerakan napas simetris, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi
napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
2.
Sistem Cardiovaskuler :
TD : 100/60, Nadi : 106x/menit, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis,
capiler refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda
petikhie spontan tidak terlihat.
Perfusi pembuluh perifer Baik kurang dari 3 detik.
3.
Sistem Neurosensori :
Tidak ada kelainan. Kesadaran : Compos Mentis.
4.
Sistem Genitourinary :
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh
ibu untuk diukur.
5.
Sistem Gastrointestinal :
Sebelum sakit anak biasanya makan satu hari 2-3 kali,
tergantung keinginan anak, tidak ada keluhan mual, muntah, ataupun alergi
makanan. Makanan kesukaan anak adalah bakso.
Saat ini selama dirawat anak rutin makan 3 kali sehari,
tetapi kadang anak tidak mau makanan dari RS, karena tidak berselera, orang tua
menggantikan dengan makanan dari rumah atau beli di luar. Anak mendapat diet
1800 kalori dengan makan iga kali dan susu dari RS sebanyak 3 kali.
BB : 17 kg Rongga
mulut bersih
Gusi : Tidak terjadi perdarahan Tidak terjadi pembesaran KGB
Gigi Geligi : Lengkap, geraham belakang belum tumbuh,
missing tidak ada, gigi seri karies
Konjungtiva : Tidak anemis Sklera
: Tidak icterus.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk terlihat agak membesar, terdapat bayangan
vena,
Auskultasi : Peristaltik usus 8 kali/ menit
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Hepar : Teraba membesar 4 x 3 x 1,5
Lien : tidak teraba
Perlusi : tanda asites tidak ada.
BAB tidak ada kelainan, tidak terjadi diare, malam hari
frekuensi berkemih 2-3 kali. Peristaltik usus 8 kali/menit. Palpasi supra
pubika : kosong, Nyeri ketuk ginjal negatif.
6.
Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas,
keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
7.
Sistem Integumen :.
S : 372
C0turgor baik, tidak ada luka, tidak terdapat perdarahan
spontan pada kulit.
8.
Sistem Endokrin :
Tidak ada kelainan.
DIAGNOSTIC TEST
/ PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap tanggal :
12 Juli 2002
-
Hb : 4,6 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl).
-
Leukosit : 6.000 (4000 – 11.00).
-
Trombosit : 23.000.
-
Hitung jenis :
Eo (-)
Baso (-)
Batang (3)
Seg (54)
Limfo (43)
Mono (-)
-
Hapusan :
Anisositosis : Ã…
Poikilositosis : (-)
Polikromasi : (-)
Hipokromia : Ã… / (-)
-
Hasil Sumsum tulang :
Hiperseluler
Aktifitas sistem eritropoetik
terdesak
Aktifitas sistem granulopoetik
terdesak
Megakaryosit tidak ada
Sumsum tulang didominasi
mononucleus dengan inti menepi Cytoplasma tebal kebiruan didapati adanya
bourrod
Kesan Acute Myelogenous Leukemia.
PROGRAM TERAPI
Vinkristin : 1,6 mg IV bolus
GMP 1 X 62,5 mg (PO).
MTX : 12 mg (PO).
Oradexon 8 mg.
Prednison 5 – 5 – 5 – 5.
Vitamin B Komplek dan C 3 x 1 tablet.
Vitamin E 1 x 1 tablet.
Diet TKTP 1500 Kcal + 40 gr protein 3 x / hari.
Susu 2 x / hari
ANALISA & INTERPRETASI DATA
NO
|
DATA penunjang
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DS : -
DO :
Laboratorium tgl 12 Juli 2002
Hb : 4,6 mg/dl
Leukosit : 6.000.
Trombosit : 23.000.
Hitung jenis :
Eo (-)
Baso (-)
Batang (3)
Seg (54)
Limfo (43)
Mono (-)
|
Penurunan (tidak
adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder
|
Resiko tinggi terhadap
infeksi
|
|
DS :
DO :
Minum hanya + 1000 cc/24
jam.
Jumlah urine+ 1000 cc/24
jam.
Warna urine kuning pekat.
|
Hipermetabolik dan
kurangnya intake.
|
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan tubuh
|
|
DS :
Anak mengatakan merasa nyeri
DO :
|
Agen kimia ; pengobatan
antileukemia.
|
Nyeri ( akut )
|
|
DS :
Ibu mengatakan anaknya takut
bila akan diberi obat intra thekal.
DO : Anak menangis pd saat akan
diberi obat IT
Anak menolak diberi obat
Anak minta ditemani ibu.
|
Tindakan pengobatan
|
Ketakutan
|
|
DS :
DO :
Jadwal pemberian Chemoterapi
Vinkristin : 1,6 mg IV bolus
GMP 1 X 62,5 mg (PO). MTX : 12
mg (PO)
|
Pengobatan chemoterapy
|
Resiko injury
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder
2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh
berhubungan dengan Hipermetabolik dan kurangnya intake.
3.
Nyeri ( akut ) berhubungan dengan Agen kimia ;
pengobatan antileukemia.
4.
Ketakutan berhubungan dengan prosedur tindakan
chemoterapi / pengobatan.
5.
Resiko tinggi terjadi injuri berhubungan dengan proses
tindakan Chemoterapi.
II. intervensi & RASIONAL KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN tujuan dan
kriteria hasil
|
intervensi
|
RASIONAL
|
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder.
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tanda2 vital dlm batas normal
Tidak terjadi leukosistosis
|
1.
Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung
sesuai indikasi.
2.
Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk
semua staf petugas.
3.
Awasi suhu tubuh. Perhatikan hubungan antara
peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi. Observasi demam sehubungan
dengan tachicardi, hiertensi.
4.
Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
5.
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara
periodic. Gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
6.
Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap.
7.
Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik.
8.
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
|
1.
Melindungi anak dari sumber potensial patogen /
infeksi.
2.
Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko
infeksi.
3.
Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi
dan demam terjadi pada kebanyakan pasien leukaemia.
4.
Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko
atelektasisi/ pneumonia.
5.
Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme patogen.
6.
Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan
oleh proses penyakit atau kemoterapi.
7.
Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati
infeksi secara khusus.
8.
Aspirin dapat menyebabkan perdarahan lambung atau
penurunan jumlah trombosit lanjut.
|
2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh
berhubungan dengan Hipermetabolik dan kurangnya intake.
Tujuan :
Volume cairan tubuh adekuat.
Klien
menunjukkan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:
Vital sign normal.
Mukosa normal.
Turgor kulit bagus.
Capilarry refill normal.
Jumlah urine output normal
/urine seimbang dengan asupan.
Suara tidak parau.
|
1.
Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak
kasat mata dan keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan
adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.
2.
Timbang BB tiap minggu.
3.
Awasi TD dan frekuensi jantung.
4.
Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area
ekimotik, perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feces
atau urine; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
5.
Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi
umum membran mukosa.
6.
Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera
jaringan / perdarahan, ex : sikat gigi atau gusi dengan sikat yang halus.
7.
Berikan diet halus.
8.
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
9.
Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor
pembekuan.
|
1.
Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah
dan pencetusnya pada tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan
dengan peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau
gagal ginjal.
2.
Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi
ginjal. Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk /
obstruksi ginjal.
3.
Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi).
4.
Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan
pasien pada resiko perdarahan spntan tak terkontrol.
5.
Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
6.
Jaringan rapuh dan gangguan mekanis pembekuan meningkatkan
resiko perdarahan meskipun trauma minor.
7.
Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
8.
Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada
tak adanya pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.
9.
Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2
untuk memperbaiki anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.
|
3.
Nyeri (akut) berhubungan dengan Agen kimia ;
pengobatan antileukemia.
|
1.
Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk
nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
2.
Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan
stress.
3.
Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi,
ekstremitas denganan bantal.
4.
Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan
rentang gerak lembut.
5.
Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan,
kompres.
6.
Berikan obat sesuai indikasi.
|
1.
Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan
ketidakefektifan intervensi.
2.
Meingkatkan istirahat.
3.
Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.
4.
Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5.
Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.
|
4.
Ketakutan berhubungan dengan prosedur tindakan
chemoterapi / pengobatan.
Tujuan :
Ketakutan anak berkurang :
Kriteria hasil :
Anak mau dilakukan tindakan.
Anak melaporkan secara verbal
kesiapan dalam tindakan.
|
1.
Persiapkan anak untuk dilakukan prosedur, jelaskan
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman.
2.
Kenali ketakutan yang muncul yang berhubungan dengan
prosedur tindkan.
3.
Libatkan orang tua dalam pelaksanaan prosedur.
4.
Jelaskan pada anak bagian mana yang akan dilakukan
prosedur, dan kemungkinan anak melihat, merasakan atau mendengarkan selama
proedur dilakukan.
5.
Perkenalkan alat-alat yang akan digunakan, ijinkan
anak untuk memegang alat yang akan digunakan.
6.
Jawab setiap pertanyaan yang mungkin detanyakan anak
dan jelaskan tujuan tindakan.
|
1.
Mengurangi ketakutan dari tindakan yang tidak
diketahui dan kemungkinan kerjasama anak selama prosedur.
2.
Memastikan intervensi yang tepat.
3.
Support sistem yang efektif bg anak.
4.
Meningkatkan kontrol rasa pada anak.
5.
Memungkinkan kerjasama anak dan meningkakan coping.
6.
Pengetahuan akan prosedur tindakan akan mengurangi
ketakutan pada anak.
|
5.
Resiko tinggi terjadi injuri berhubungan dengan
proses tindakan Chemoterapi.
Tujuan :
Resiko / komplikasi chemoterapi
tidak terjadi.
|
1.
Berikan obat-obatan chemoterapi sesuai dengan
petunjuk yang telah ditetapkan.
2.
Observasi tanda-tanda infiltrasi pada tempat
penusukan IV : nyeri, kemerahan dan rasa panas.
3.
Segera hentikan jika ditemui adanya tanda-tanda
infiltrasi.
4.
Berikan perawatan daerah yang terjadi infiltrasi
sesuai kebijakan RS.
5.
Kaji riwayat alergi yang diketahui.
6.
Hentikan infus atau obat dan bila dengan normal
saline jika terjadi reaksi.
7.
Persipkan perlengkapan emergency (khususnya monitor
tekanan darah, dan resusitasi manual : bag and mask) dan obat-obatan
emergency (khususnya O2, epineprine, aminophiline, cortikosteroid dan
vasopresor).
|
1.
Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
2.
Sebagai pengobatan atas terjadinya infiltrasi.
3.
Mencegah terjadinya anaphylactic shock.Pencegahan /
persiapan jika terjadi komplikasi.
|
III. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Implementasi KEPERAWATAN
|
Evaluasi (SOAP)
|
1.
Menempatkan anak pada ruang khusus.
2.
Membatasi pengunjung sesuai indikasi.
3.
Memberikan protocol untuk mencuci tangan yang baik
untuk semua staf petugas.
4.
Mengawasi suhu tubuh. Perhatikan hubungan antara
peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi.
5.
Mengobservasi demam sehubungan dengan tachicardi,
hiertensi.
6.
Mengdorong sering mengubah posisi, napas dalam,
batuk.
7.
Menginspeksi membran mukosa mulut.
8.
Membersihkan mulut secara periodic.
9.
Menggunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
10. Mengawasi
pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap.
11. Memberikan
obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik.
12. Menghindari
antipiretik yang mengandung aspirin
|
S
:
O
: Infeksi tidak terjadi :
Tanda2 vital dlm batas normal.
Tidak terjadi leukosistosis
A
: Tujuan tercapai sebagian.
P
: Intervensi dilanjutkan.
|
1.
Mengawasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran
tak kasat mata dan keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan
adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.
2.
Menimbang BB tiap minggu.
3.
Mengawasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.
4.
Menginspeksi kulit / membran mukosa untuk petike,
area ekimotik, perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada
feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
5.
Mengevaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan
kondisi umum membran mukosa.
6.
Mengemplementasikan tindakan untuk mencegah cedera
jaringan / perdarahan, ex : sikat gigi atau gusi dengan sikat yang halus.
7.
Memberikan diet halus.
8.
Memberikan cairan IV sesuai indikasi.
9.
Memberikan sel darah Merah, trombosit atau factor
pembekuan.
|
S
:
O
: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :
Vital
sign normal.
Mukosa
mulut basah normal.
Turgor
kulit bagus.
Capilarry
refill normal.
Jumlah
urine output normal / urine seimbang dengan asupan.
Suara
tidak parau.
A
: Tujuan tercapai sebagian.
P
: Intervensi dilanjutkan.
|
1.
Mengawasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk
nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
2.
Memberikan lingkungan yang tenang dan kurangi
rangsangan stress.
3.
Menempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi,
ekstremitas denganan bantal.
4.
Merubah posisi secara periodic dan berikan latihan
rentang gerak lembut.
5.
Memberikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan,
kompres.
6.
Memberikan obat sesuai indikasi.
|
S
:
O : Anak mengatakan bahwa
rasa nyeri mulai berkurang.
A
: Tujuan tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
1.
Mempersiapkan anak untuk dilakukan prosedur, jelaskan
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan usia dantingkat pemahaman.
2.
Mengenali ketakutan yang muncul yang berhubungan
dengan prosedur tindkan.
3.
Meliibatkan orang tua dalam pelaksanaan prosedur.
4.
Menjelaskan pada anak bagian mana yang akan dilakukan
prosedur, dan kemungkinan anak melihat, merasakan atau mendengarkan selama
proedur dilakukan.
5.
Memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan, ijinkan
anak untuk memegang alat yang akan digunakan.
6.
Menjawab setiap pertanyaan yang mungkin ditanyakan
anak dan jelaskan tujuan tindakan.
|
S
:
O
: Ketakutan anak berkurang :
Anak mau dilakukan tindakan.
Anak melaporkan secara verbal kesiapan dalam tindakan.
A
: Tujuan tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
1.
Memberikan obat-obatan chemoterapi sesuai dengan
petunjuk yang telah ditetapkan.
2.
Mengobservasi tanda-tanda infiltrasi pada tempat
penusukan IV : nyeri, kemerahan dan rasa panas.
3.
Memberikan perawatan daerah yang terjadi infiltrasi
sesuai kebijakan RS.
4.
Mengkaji riwayat alergi yang diketahui.
5.
Mempersipkan perlengkapan emergency (khususnya
monitor tekanan darah, dan resusitasi manual : bag and mask) dan obat-obatan
emergency (khususnya O2, epineprine, aminophiline, cortikosteroid
dan vasopresor).
|
S
:
O : Resiko / komplikasi
chemoterapi tidak terjadi.
A
: Tujuan tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
0 comments
Post a Comment