Monday 7 September 2015

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA AKUT

CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA AKUT
Edited By.Muhammad Imron,S.Kep,Ns






I.          PENGKAJIAN

1.         IDENTITAS KLIEN
Nama Lengkap Anak  : An. H
Nama Panggilan          : Hend...
Jenis kelamin               : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Magetan, 6 Juli 1993
Umur                           : 7 tahun
Anak ke                       : I (Pertama)
Nama Ayah                 : Tn P
Nama Ibu                    : Ny. R
Pendidikan Ayah        : SD
Pendidikan Ibu           : SD
Pekerjaan Ayah           : Swasta
Pekerjaan Ibu              : Swasta
Agama                         : Islam
Suku Bangsa               : Jawa / Indonesia
Alamat Rumah               : Dusun Jompong Desa Kedung Panji RT 10 RW 05 Kecamatan Lembayan Kabupaten Magetan
Taggal MRS                : 12 Juli 2002
Diagnosa Medis          : Acute Myelogenous Leukemia
Sumber Informasi       : Orang tua klien
Pengkajian tanggal      : 15 Juli 2002.

2.         RIWAYAT KEPERAWATAN / DATA MEDIK
Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluhan Utama
Pucat sejak 5 hari sebelum Masuk Rumah Sakit. Panas badan naik turun mulai 4 minggu sebelum masuk RS.
Klien datang atas rujukan Puskesmas Lembayan ke bagian hematologi RSUD DR Soetomo dan didiagnosa ALL.


Riwayat Keperawatan Sebelumnya :
Riwayat Kelahiran Anak:
Prenatal : (-).
Natal   :
Lahir cukup bulan ( 9 bulan ) dengan bantuan vakum ekstratum oleh dokter karena ketuban pecah dini 1 jam dan ibu kehabisan tenaga untuk meneran. Anak lahir langsung menangis kuat dan spontan, dengan BBL 3400 gram.
Post-Natal : (-).

Tumbuh Kembang:

Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah : 6 – 12 tahun
Tahap pertumbuhan
Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah :
 



Tinggi badan : Umur (tahun) x 6 x 7
Klien seorang anak perempuan berumur 10 tahun dengan berat badan 25 Kg. Menurut keluarga, klien adalah anak yang cukup rajin, prestasi di sekolah cukup baik, klien memiliki banyak teman, baik disekolah maupun dirumah. Ketika klien diajak bicara oleh tim kesehatan, baik perawat maupun dokter serta tenaga kesehatan lainnya, klien mau menjawab dan tampak tidak merasa takut. Ketika akan dilakukan suatu tindakan pertama klien merasa takut tetapi kemudian setelah diberikan penjelasan klien mau dilakukan tindakan, walaupun rasa takut masih tampak.

Tahap perkembangan
Menurut Teori Psikososial Erik Erikson          :
Anak usia 6 – 12 tahun termasuk tahap  : Industry Versus Inferioritas (Rendah diri).
Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (membuat sesuatu sampai selesai). Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugasnya atau pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usahanya.
Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, akan merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk dapat berkembang.
Jadi fokus pada anak sekolah adalah pada hasil prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, guru dan temas sebaya. Perkembangan adalah pengertian dari persaingan/kompetisi dan kerajinannya.

Menurut Teori Perkembangan Intelektual oleh Piaget :
Termasuk tahap           : Konkrit Operasional.
(1)      Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat mengelompokkan fakta-fakta, berfikir abstrak.
(2)      Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan sistematis.

Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud :
Termasuk fase : Laten (5 – 12 tahun).
(1)      Anak masuk ke permulaan fase pubertas.
(2)      Anak masuk pada periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial, contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah, dll.
(3)      Fase tenang.
(4)      Dorongan libido mereda sementara.
(5)      Zona erotik berkurang.
(6)      Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group).
Pertumbuhan anak seperti layaknya anak lain normal, tidak ada kelainan dan tidak suka sakit-sakitan.

Imunisasi        : Sudah lengkap sampai dengan usia 9 bulan yaitu campak.

Status Gizi         :Selama bayi selama satu tahun anak mendapat ASI dan setelah ASI diganti dengan PASI Lactogen sampai usia 2 tahun dan diganti dengan makan nasi. Ibu klien mengatakan bahwa klien sangat sulit makannya, serta minum susu juga sangat sulit, kadang-kadang klien mau minum susu hanya susu coklat dan tidak setiap hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah membeikan vitamin untuk nafsu makan tetapi tetap makannya sangat sulit. Kadang-kadang tidak mau makan. Kalau sudah tidak mau makan ibu klien tidak pernah memaksakan untuk makan. Ibu klien mengatakan bahwa sudah berusaha menawarhan makanan yang disukai. Sejak MRS klien sulit makan, klien mengeluh mual dan merasa ingin muntah.
Lainnya             :Sebelumnya anak pernah MRS di RS Madiun dengan penyakit yang sama pada bulan Maret tahun 2002.
Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Anak didiagnosa AML dan MRS di RSUD DR. Soetomo. Sebelumnya anak sering sakit-sakitan, flu, panas, diare.

Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit anak besekolah di salah satu SD Negeri kelas I. Aktivitas harian anak sepulang sekolah mengaji dan bemain. Saat ini anak cenderung pendiam, bermain bila ada adiknya saja, waktu luang lebih banyak nonton TV. Untuk pemenuhan kebutuhan harian dibantu sebagian oleh orang tua.

Tidur dan Istirahat.
Keadaan sebelum sakit anak biasa tidur siangselama kurang lebih2 jam dan malam hari tidur jam 9 sampai jam 5.30.
Keadaan anak saat ini : anak bila akan tidur harus ditemani oleh ibunya, malam hari mulai tidur jam 20 dan bangun pagi pukul 5.30
Ekspresi wajah tidak mengantuk, palpebrae inferior tidak berwarna gelap.

Persepsi Kognitif.
Menurut ibu anak tahu bahwa ia mengidap sakit Leukemia. Tetapi, ibu tidak menjelaskan apa itu penyakit leukemia karena masih terlalu kecil.

Peran dan Hubungan dengan Sesama.
Anak H merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Saat ini ibunya sedang mengndung anak ketiga. Anak H mengharapkan adiknya itu adalah perempuan, karena bisa diajak bermain.

Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap stress
Menurut ibu, semenjak anak H didiagnosa AML, anak menjadi sensitif, mudah marah dan cepat menangis. Bila ada yag tidak disenagai atau masalah anak biasanya cerita kepada ayahnya.

Sistem Nilai Kepercayaan
Keluarga adalah keluarga Islam yang taat beragama. Ibu memakai jilbab. Setiap kali orang tua sholat, anak ikut-ikutan sholat walaupun belum tahu doa-doanya.


OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN BODY SYSTEM)
1.         Sistem Respirasi :
Pergerakan napas simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.

2.         Sistem Cardiovaskuler :
TD : 100/60, Nadi : 106x/menit, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, capiler refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat. Perfusi pembuluh perifer Baik kurang dari 3 detik.

3.         Sistem Neurosensori :
Tidak ada kelainan. Kesadaran : Compos Mentis.

4.         Sistem Genitourinary :
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur.

5.         Sistem Gastrointestinal :
Sebelum sakit anak biasanya makan satu hari 2-3 kali, tergantung keinginan anak, tidak ada keluhan mual, muntah, ataupun alergi makanan. Makanan kesukaan anak adalah bakso.
Saat ini selama dirawat anak rutin makan 3 kali sehari, tetapi kadang anak tidak mau makanan dari RS, karena tidak berselera, orang tua menggantikan dengan makanan dari rumah atau beli di luar. Anak mendapat diet 1800 kalori dengan makan iga kali dan susu dari RS sebanyak 3 kali.
BB : 17 kg                                           Rongga mulut bersih
Gusi : Tidak terjadi perdarahan          Tidak terjadi pembesaran KGB
Gigi Geligi : Lengkap, geraham belakang belum tumbuh, missing tidak ada, gigi seri karies
Konjungtiva : Tidak anemis    Sklera : Tidak icterus.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk terlihat agak membesar, terdapat bayangan vena,
Auskultasi : Peristaltik usus 8 kali/ menit
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Hepar : Teraba membesar 4 x 3 x 1,5
Lien : tidak teraba
Perlusi : tanda asites tidak ada.
BAB tidak ada kelainan, tidak terjadi diare, malam hari frekuensi berkemih 2-3 kali. Peristaltik usus 8 kali/menit. Palpasi supra pubika : kosong, Nyeri ketuk ginjal negatif.

6.         Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.

7.         Sistem Integumen :.
S : 372 C0turgor baik, tidak ada luka, tidak terdapat perdarahan spontan pada kulit.

8.         Sistem Endokrin :
Tidak ada kelainan.

DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap tanggal            : 12 Juli 2002
-            Hb                                    :           4,6 mg/dl         (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl).
-            Leukosit               :           6.000               (4000 – 11.00).
-            Trombosit             :           23.000.

-            Hitung jenis :
Eo              (-)
Baso          (-)
Batang       (3)
Seg            (54)
Limfo        (43)
Mono         (-)

-            Hapusan :
Anisositosis              :           Ã…
Poikilositosis            :           (-)
Polikromasi              :           (-)
Hipokromia              :           Ã… / (-)


-            Hasil Sumsum tulang :
Hiperseluler
Aktifitas sistem eritropoetik terdesak
Aktifitas sistem granulopoetik terdesak
Megakaryosit tidak ada
Sumsum tulang didominasi mononucleus dengan inti menepi Cytoplasma tebal kebiruan didapati adanya bourrod
Kesan Acute Myelogenous Leukemia.

PROGRAM TERAPI
Vinkristin : 1,6 mg IV bolus
GMP 1 X 62,5 mg (PO).
MTX : 12 mg (PO).
Oradexon 8 mg.
Prednison 5 – 5 – 5 – 5.
Vitamin B Komplek dan C 3 x 1 tablet.
Vitamin E 1 x 1 tablet.
Diet TKTP 1500 Kcal + 40 gr protein 3 x / hari.
Susu 2 x / hari



ANALISA & INTERPRETASI DATA

NO
DATA penunjang
ETIOLOGI
MASALAH

DS : -
DO :
Laboratorium tgl 12 Juli 2002
Hb : 4,6 mg/dl
Leukosit : 6.000.
Trombosit : 23.000.
Hitung jenis :
Eo (-)
Baso (-)
Batang (3)
Seg (54)
Limfo (43)
Mono (-)

Penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder
Resiko tinggi terhadap infeksi

DS :
DO :
Minum hanya + 1000 cc/24 jam.
Jumlah urine+ 1000 cc/24 jam.
Warna urine kuning pekat.

Hipermetabolik dan kurangnya intake.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh

DS :
Anak mengatakan merasa nyeri
DO :

Agen kimia ; pengobatan antileukemia.
Nyeri ( akut )

DS :
Ibu mengatakan anaknya takut bila akan diberi obat intra thekal.

DO : Anak menangis pd saat akan diberi obat IT
Anak menolak diberi obat
Anak minta ditemani ibu.

Tindakan pengobatan
Ketakutan

DS :
DO :
Jadwal pemberian Chemoterapi
Vinkristin : 1,6 mg IV bolus
GMP 1 X 62,5 mg (PO). MTX : 12 mg (PO)

Pengobatan chemoterapy
Resiko injury


DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN
1.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder
2.         Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Hipermetabolik dan kurangnya intake.
3.         Nyeri ( akut ) berhubungan dengan Agen kimia ; pengobatan antileukemia.
4.         Ketakutan berhubungan dengan prosedur tindakan chemoterapi / pengobatan.
5.         Resiko tinggi terjadi injuri berhubungan dengan proses tindakan Chemoterapi.



II.       intervensi & RASIONAL KEPERAWATAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN tujuan dan
kriteria hasil
intervensi
RASIONAL
1.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan (tidak adekuatnya) pertahanan tubuh sekunder.

Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :
Tanda2 vital dlm batas normal
Tidak terjadi leukosistosis
1.         Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
2.         Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas.
3.         Awasi suhu tubuh. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.
4.         Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.

5.         Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic. Gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
6.         Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap.

7.         Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik.

8.         Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
1.         Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi.
2.         Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi.
3.         Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi pada kebanyakan pasien leukaemia.

4.         Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko atelektasisi/ pneumonia.
5.         Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme patogen.

6.         Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh proses penyakit atau kemoterapi.
7.         Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi secara khusus.
8.         Aspirin dapat menyebabkan perdarahan lambung atau penurunan jumlah trombosit lanjut.





2.         Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Hipermetabolik dan kurangnya intake.

Tujuan :
Volume cairan tubuh adekuat.
Klien menunjukkan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:
Vital sign normal.
Mukosa normal.
Turgor kulit bagus.
Capilarry refill normal.
Jumlah urine output normal /urine seimbang dengan asupan.
Suara tidak parau.
1.         Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.

2.         Timbang BB tiap minggu.



3.         Awasi TD dan frekuensi jantung.

4.         Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
5.         Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.
6.         Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan / perdarahan, ex : sikat gigi atau gusi dengan sikat yang halus.
7.         Berikan diet halus.
8.         Berikan cairan IV sesuai indikasi.


9.         Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.

1.         Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan pencetusnya pada tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau gagal ginjal.
2.         Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.
3.         Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehidrasi).
4.         Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko perdarahan spntan tak terkontrol.

5.         Indikator langsung status cairan / dehidrasi.

6.         Jaringan rapuh dan gangguan mekanis pembekuan meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor.
7.         Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
8.         Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak adanya pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.
9.         Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk memperbaiki anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.




3.         Nyeri (akut) berhubungan dengan Agen kimia ; pengobatan antileukemia.

1.         Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
2.         Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.
3.         Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal.
4.         Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
5.         Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.
6.         Berikan obat sesuai indikasi.

1.         Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan ketidakefektifan intervensi.
2.         Meingkatkan istirahat.

3.         Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.

4.         Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5.         Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.
4.         Ketakutan berhubungan dengan prosedur tindakan chemoterapi / pengobatan.

Tujuan :
Ketakutan anak berkurang :

Kriteria hasil :
Anak mau dilakukan tindakan.
Anak melaporkan secara verbal kesiapan dalam tindakan.
1.         Persiapkan anak untuk dilakukan prosedur, jelaskan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman.
2.         Kenali ketakutan yang muncul yang berhubungan dengan prosedur tindkan.
3.         Libatkan orang tua dalam pelaksanaan prosedur.
4.         Jelaskan pada anak bagian mana yang akan dilakukan prosedur, dan kemungkinan anak melihat, merasakan atau mendengarkan selama proedur dilakukan.
5.         Perkenalkan alat-alat yang akan digunakan, ijinkan anak untuk memegang alat yang akan digunakan.
6.         Jawab setiap pertanyaan yang mungkin detanyakan anak dan jelaskan tujuan tindakan.

1.         Mengurangi ketakutan dari tindakan yang tidak diketahui dan kemungkinan kerjasama anak selama prosedur.
2.         Memastikan intervensi yang tepat.

3.         Support sistem yang efektif bg anak.
4.         Meningkatkan kontrol rasa pada anak.


5.         Memungkinkan kerjasama anak dan meningkakan coping.
6.         Pengetahuan akan prosedur tindakan akan mengurangi ketakutan pada anak.
5.         Resiko tinggi terjadi injuri berhubungan dengan proses tindakan Chemoterapi.

Tujuan :
Resiko / komplikasi chemoterapi tidak terjadi.
1.         Berikan obat-obatan chemoterapi sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.
2.         Observasi tanda-tanda infiltrasi pada tempat penusukan IV : nyeri, kemerahan dan rasa panas.
3.         Segera hentikan jika ditemui adanya tanda-tanda infiltrasi.
4.         Berikan perawatan daerah yang terjadi infiltrasi sesuai kebijakan RS.
5.         Kaji riwayat alergi yang diketahui.
6.         Hentikan infus atau obat dan bila dengan normal saline jika terjadi reaksi.
7.         Persipkan perlengkapan emergency (khususnya monitor tekanan darah, dan resusitasi manual : bag and mask) dan obat-obatan emergency (khususnya O2, epineprine, aminophiline, cortikosteroid dan vasopresor).
1.         Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

2.         Sebagai pengobatan atas terjadinya infiltrasi.

3.         Mencegah terjadinya anaphylactic shock.Pencegahan / persiapan jika terjadi komplikasi.



III.    IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN


Implementasi KEPERAWATAN
Evaluasi (SOAP)
1.         Menempatkan anak pada ruang khusus.
2.         Membatasi pengunjung sesuai indikasi.
3.         Memberikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas.
4.         Mengawasi suhu tubuh. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi.
5.         Mengobservasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.
6.         Mengdorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
7.         Menginspeksi membran mukosa mulut.
8.         Membersihkan mulut secara periodic.
9.         Menggunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
10.     Mengawasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap.
11.     Memberikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik.
12.     Menghindari antipiretik yang mengandung aspirin


S :

O : Infeksi tidak terjadi :
Tanda2 vital dlm batas normal.
Tidak terjadi leukosistosis

A : Tujuan tercapai sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

1.         Mengawasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.
2.         Menimbang BB tiap minggu.
3.         Mengawasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.
4.         Menginspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
5.         Mengevaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.
6.         Mengemplementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan / perdarahan, ex : sikat gigi atau gusi dengan sikat yang halus.
7.         Memberikan diet halus.
8.         Memberikan cairan IV sesuai indikasi.
9.         Memberikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.

S :
O : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :
Vital sign normal.
Mukosa mulut basah normal.
Turgor kulit bagus.
Capilarry refill normal.
Jumlah urine output normal / urine seimbang dengan asupan.
Suara tidak parau.

A : Tujuan tercapai sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.
1.         Mengawasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
2.         Memberikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.
3.         Menempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal.
4.         Merubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
5.         Memberikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.
6.         Memberikan obat sesuai indikasi.
S :

O : Anak mengatakan bahwa rasa nyeri mulai berkurang.

A : Tujuan tercapai.

P : Intervensi dihentikan.

1.         Mempersiapkan anak untuk dilakukan prosedur, jelaskan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan usia dantingkat pemahaman.
2.         Mengenali ketakutan yang muncul yang berhubungan dengan prosedur tindkan.
3.         Meliibatkan orang tua dalam pelaksanaan prosedur.
4.         Menjelaskan pada anak bagian mana yang akan dilakukan prosedur, dan kemungkinan anak melihat, merasakan atau mendengarkan selama proedur dilakukan.
5.         Memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan, ijinkan anak untuk memegang alat yang akan digunakan.
6.         Menjawab setiap pertanyaan yang mungkin ditanyakan anak dan jelaskan tujuan tindakan.

S :

O : Ketakutan anak berkurang :
Anak mau dilakukan tindakan.
Anak melaporkan secara verbal kesiapan dalam tindakan.

A : Tujuan tercapai.

P : Intervensi dihentikan.

1.         Memberikan obat-obatan chemoterapi sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.
2.         Mengobservasi tanda-tanda infiltrasi pada tempat penusukan IV : nyeri, kemerahan dan rasa panas.
3.         Memberikan perawatan daerah yang terjadi infiltrasi sesuai kebijakan RS.
4.         Mengkaji riwayat alergi yang diketahui.
5.         Mempersipkan perlengkapan emergency (khususnya monitor tekanan darah, dan resusitasi manual : bag and mask) dan obat-obatan emergency (khususnya O2, epineprine, aminophiline, cortikosteroid dan vasopresor).
S :

O : Resiko / komplikasi chemoterapi tidak terjadi.

A : Tujuan tercapai.

P : Intervensi dihentikan.



0 comments

Post a Comment